Cara Termudah Obati Penyakit Berak darah Pada Ayam Kampung, Bangkok dan Broiler
1/24/2018
Add Comment
Berak darah atau sering
disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria.
Penularan penyakit ini dapat melalui kontak secara langsung maupun tidak
langsung seperti kontak dengan droplet dari unggas yang terinfeksi. Pada saat
unggas memakan koksidia, organisme ini akan menginvasi usus dan mengakibatkan
kerusakan dan kemudian mulai berkembang biak. Beberapa minggu setelah
terjadinya infeksi, koksidia akan berubah menjadi oocyst. Oocyst masih belum
cukup matur, meskipun oocyst terdapat pada droplet, oocyst ini tidak dapat
menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang
(sporulasi) menjadi bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah
yang dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Berat tidaknya penyakit ini
tergantung dari jumlah protozoa yang termakan. Di dalam peternakan, penyakit
ini sangat mudah ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar, peralatan,
tempat pakan, serangga atau rodent.
Koksidiosis merupakan
penyakit yang menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus
halus dan sekum. Hal ini akhirnya berdampak terhadap proses pencernaan dan
penyerapan zat nutrisi yang tidak optimal, sehingga berujung menimbulkan
kerugian berupa pertumbuhan berat badan rendah, penurunan produksi telur, serta
kematian (mortalitas) yang tinggi hingga mencapai 80-90%. Selain itu,
koksidiosis juga dapat menimbulkan efek imunosupresif yang menjadikan ayam
rentan terhadap infeksi penyakit lainnya.
Ayam yang terserang
koksidiosis awalnya akan menampakkan gejala klinis seperti mengantuk, sayap
terkulai ke bawah, bulu kasar (tidak mengkilat) dan nafsu makan rendah
(anorexia). Untuk infeksi E. tenella biasanya terjadi secara akut, terjadi
berak darah dan dapat menimbulkan kematian. Infeksi E. maxima menyebabkan feses
mengandung eksudat kental berwarna kemerahan dan bercampur bintik-bintik darah.
Gejala yang timbul pada
penyakit ini adalah seperti:
- kotoran lembek
cenderung cair dan berwarna coklat kehitaman kerena mengandung darah
- pertumbuhan terhambat
- napsu makan menurun
- pada pembedahan ayam
yang mengalami kematian akibat penyakit ini akan ditemukan pada usus besarnya
akan bengkak berisi darah.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada usia 4 hari. Biasanya
kami akan memberikan vaksinasi ini dengan melakukan penyemprotan pada pakan.
Selain itu harus dilakukan sanitasi yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan
yang sudah mengandung koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).
1. Memberantas ookista
Untuk mencegah
koksidiosis, harus dicermati bahwa protozoa/koksidia penyebabnya memiliki
siklus hidup yang panjang untuk menjadi sebuah individu Eimeria sp. yang utuh.
Oleh karena itu, pengendalian paling efektif yang pertama harus dilakukan ialah
memotong rantai siklus hidupnya sehingga ia tidak bisa berkembang lebih lanjut.
Berawal dari ookista yang dikeluarkan bersama dengan feses ayam, jika
lingkungan sekitar lembab dan basah, ookista akan terus berkembang dan bersporulasi
hingga akhirnya bisa menginfeksi ayam. Agar ookista tidak lanjut bersporulasi,
peternak harus melakukan sanitasi dan desinfeksi secara ketat. Tapi sayangnya,
ookista relatif tahan terhadap desinfektan yang banyak dijual di pasaran.
Tidak hanya tahan
terhadap banyak desinfektan, ookista juga sulit diberantas karena ukurannya
yang sangat kecil sehingga ia mudah diterbangkan oleh angin dan tersebar
kemana-mana. Ookista juga mudah terbawa oleh peralatan kandang, serangga atau
burung liar hingga tersebar ke wilayah lain.
Meski begitu, masih ada
cara yang bisa kita gunakan untuk memberantas ookista. Cara tersebut yaitu
memberikan kapur atau soda kaustik pada permukaan litter yang lembab dan basah.
Kapur dan soda kaustik merupakan bahan aktif yang bersifat basa. Ketika kedua
bahan tersebut larut dalam air atau media yang basah (litter basah, red), maka
akan dihasilkan panas yang tinggi. Sementara, ookista tidak tahan terhadap suhu
ekstrim panas > 55ÂșC. Ookista juga dapat mati jika berada pada kondisi suhu sangat
dingin (suhu beku) dan kekeringan yang ekstrim.
2. Manajemen
pemeliharaan ayam
Perhatikan suhu,
kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam.
Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter
basah. Pada masa brooding, pembolak-balikkan litter dilakukan secara teratur
setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti
litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka
dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang
menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru
hingga yang menggumpal tidak tampak.
Berikan ransum dengan
kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Jika melakukan self
mixing, hindari penggunaan tepung ikan atau pollard berlebihan karena kandungan
protein yang terlalu tinggi dalam bahan pakan tersebut bisa menyebabkan feses
encer dan litter cepat basah.
3. Memberikan
koksidiostat
Langkah pencegahan
koksidiosis selanjutnya yang dapat diterapkan ialah memberikan koksidiostat
secara terus-menerus pada ransum. Pemberian koksidiostat pada ransum
dimaksudkan untuk mengontrol dan menekan perkembangan koksidia sampai level
rendah (tidak mengakibatkan outbreak penyakit). Contoh koksidiostat yang
digunakan ialah antibiotik golongan ionofor (monensin, salinomycin, narasin,
maduramycin). Beberapa pabrik pakan diketahui sudah menambahkan koksidiostat ke
dalam ransum yang diproduksinya. Meski demikian, karena koksidiostat diberikan
dalam waktu lama, maka perlu dilakukan rolling koksidiostat yang diberikan.
Jika tidak, maka koksidia akan resiten dan koksidiostat tidak akan mempan
menangkal serangan ookista di dalam tubuh ayam.
Baca Juga :
Cara Mudah Mengobati Penyakit
Brak darah Pada Ayam (Koksidiosis) :
Ayam yang terserang
koksidiosis bisa diobati dengan pemberian obat antikoksidia. Pemberian
antikoksidia dimaksudkan untuk mengontrol dan menekan perkembangan Eimeria
dalam tubuh ayam sehingga jumlahnya yang ada di tubuh ayam bisa ditekan dalam
level rendah. Saat ini berbagai macam produk antikoksidia sudah banyak
diproduksi, baik dari golongan sulfa/sulfonamide, amprolium, maupun generasi
baru seperti toltrazuril. Namun yang harus benar-benar diperhatikan ialah dosis
dan aturan pakai, serta peringatan yang tercantum pada label obat. Hal ini
untuk mencegah resistensi spesies Eimeria. Munculnya strain Eimeria yang
resisten terhadap antikoksidia dapat menimbulkan masalah besar bagi peternak.
Kasus koksidiosis yang terus berulang adalah salah satu dampaknya. Sebaiknya
lakukan rolling menggunakan antikoksidia dari golongan yang berbeda setiap
interval 3-4 kali pengobatan.
Berikut penjelasan
mengenai beberapa contoh antikoksidia yang bisa digunakan oleh peternak guna
mengobati koksidiosis.
1. Sulfonamide:
Antikoksidia yang masuk
ke dalam golongan sulfonamide di antaranya sulfadiazine,
sulfadimethylpirimidine, sulfaquinoxaline, sulfamonomethoxine,
sulfadimethoxine, dsb. Antikoksidia golongan ini lebih efektif untuk mengatasi
Eimeria yang menyerang bagian usus halus (E. acervulina, E. maxima, E.
necratix, E. brunetti, E. mitis). Namun sulfaquinoxaline dan
sulfadimethylpirimidine efektif juga untuk Eimeria usus buntu (E. tenella).
Semua antikoksidia golongan sulfonamide bekerja memutus siklus hidup Eimeria
yaitu dengan mengganggu proses reproduksi aseksual Eimeria. Dengan demikian,
sporozoit akan dibasmi dan tidak mampu untuk memperbanyak diri. Karena hanya
merusak sebagian proses siklus hidup Eimeria, maka antikoksidia golongan sulfa
harus diberikan dengan sistem 3-2-3 (3 hari diberikan, 2 hari berhenti dan 3
hari diberikan lagi). Potensi obat sulfanamide akan meningkat 10 kali jika
dikombinasikan dengan golongan diamino pyrimidine (trimetoprim, pyrimethamin).
Contoh produknya ialah Coxy dan Sulfamix (sulfonamide tunggal), Antikoksi,
Duoko, dan Trimezyn (sulfonamide kombinasi).
2. Thiamine antagonist:
Salah satu antikoksidia
yang termasuk ke dalam golongan thiamine antagonist adalah amprolium. Jika
dikombinasikan dengan sulfaquinoxaline dapat memperluas spektrum kerja dan
meningkatkan potensi membasmi Eimeria usus halus dan sekum. Mekanisme kerja
dari amprolium ini sama dengan antikoksidia golongan sulfonamide, yaitu mengganggu
proses reproduksi aseksual Eimeria sp. Produk yang mengandung amprolium
contohnya Therapy dan Koksidex.
3. Toltrazuril:
Toltrazuril merupakan
antikoksidia golongan triazinetrione. Berbeda dengan antikoksidia sulfonamide
dan amprolium, toltrazuril bekerja efektif dengan cara mengganggu fungsi
mitokondria, yaitu dengan menghambat aktivitas enzim pada rantai pernapasan sel
sehingga akan menyebabkan kematian pada semua tahap perkembangan sel Eimeria
sp. (reproduksi seksual maupun aseksual). Contoh produk terbaru Medion yang
mengandung toltrazuril adalah Toltradex.
Selain pemberian
antikoksidia, tindakan lain yang harus dilakukan saat menghadapi koksidiosis di
antaranya:
a. Berikan vitamin A dan
K untuk terapi supportif. Vitamin A berfungsi mempercepat kesembuhan epitel
mukosa usus yang rusak. Sedangkan vitamin K akan mengurangi pendarahan yang
terjadi.
b. Jika memungkinkan,
buang feses bercampur darah dari ayam yang sakit untuk menghindari ayam lain
mematuknya. Hal ini karena warna merah pada feses akan menarik perhatian ayam
lain untuk mematuk dan terjadilah proses penularan penyakit koksidiosis.
c. Lakukan manajemen
penanganan litter dengan baik agar litter kering.
d. Hindari pemeliharaan
ayam dengan kepadatan tinggi, maksimal 8 ekor/m2 untuk kandang postal.
e. Saat persiapan
kandang, terutama untuk kandang postal, lakukan pengapuran lantai untuk
mengurangi jumlah ookista yang ada.
Sekian Cara Termudah
Mengobati Penyakit Berak darah Pada Ayam Kampung, Bangkok maupun Broiler. Semoga Bermanfaat
0 Response to "Cara Termudah Obati Penyakit Berak darah Pada Ayam Kampung, Bangkok dan Broiler "
Posting Komentar